MATERI PAKEMAN BASA SUNDA SMP KELAS 9

1. Bahasa Pengemasan Penting Perhatikan kutipan di bawah ini!

Konvensi bahasa dalam bahasa Indonesia disebut ungkapan kata atau idiom. Kata “pakeman” (bahasa Belanda vakum berarti ‘matok’ atau ‘aturan’). Konvensi bahasa menunjukkan gangguan bahasa yang teratur atau telah diamati. Biasanya tata bahasa adalah kalimat atau gundukan kata-kata yang telah dipatok, telah dibatasi, tidak diubah, baik diubah unina atau ejaan, baik diubah di tempat atau diperbaiki.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah kebahasaan (bahasa Indonesia: ungkapan kata atau idiom) adalah, merupakan tindak pidana kebahasaan yang bersifat khusus dan mandiri, kalimat winangun atau gundukan kata yang telah matok, telah dibatasi, tidak dapat diubah, baik diubah unina atau ejaan, baik diubah atau diperbaiki. Makna yang terkandung adalah makna meminjam atau melakukan kehidupan manusia, yang sama sekali tidak dapat didefinisikan menurut makna gramatikal atau makna yang dikandung unsur-unsurnya.

Berdasarkan pengertian di atas, pengertian bahasa memiliki beberapa ciri, di antaranya hanya:
Sebuah. Kejahatan bahasa bersifat spesifik dan independen (tipikal);
B. Bentuk kalimat atau gundukan kata yang sudah matok;
C. Urutan kata tidak dapat diubah;
D. Kata-kata tidak dapat diubah atau dikonfirmasi;
e. Makna yang terkandung adalah makna pinjaman;
F. Makna yang terkandung adalah perbandingan amal perbuatan manusia,
G. Makna yang terkandung di dalamnya tidak dapat ditafsirkan sama sekali menurut makna gramatikal atau makna yang terkandung dalam unsur-unsurnya.
Ada berbagai konvensi bahasa, yaitu pengucapan, pengucapan, kemahiran, rakitan ramping, cacandran, candrasangkala, well, caturangga, dan panyaraman.

Ekspresi adalah kata atau gundukan kata yang berarti metafora atau metafora. Sebagai contoh:
1) Diare ringan = pesan babari
2) Kepala besar = sombong
3) Ekor kasiran = koret, bermeditasi

Paribasa adalah kalimat yang berarti rasio sebagai tindakan kehidupan manusia. Isi peribahasa dapat berupa tawaran gratis, dorongan untuk berperilaku baik, dan dorongan untuk berbuat salah.

Sebagai contoh:

1) Adat terikat rusuk = kebiasaan yang sulit dihilangkan atau diubah.
2) Anjing menggonggong = berharap pertanyaan itu bisa dilaksanakan.
3) Gindi menganggap bayangan belang = jahat, suka mengekspos orang lain.

Kata-kata atau kata-kata kiasan, adalah kata-kata atau gundukan kata-kata yang telah menjadi pembicaraan atau kelahiran, setengah ekspresi, umumnya berarti dipinjam.

Sebagai contoh:
1) Dipegang = diperhatikan atau dicintai terlebih dahulu
2) Jangan kalahkan batu = jangan kalahkan kekuatan
3) Pikiran mati = tidak ada keinginan
4) Genggaman = pegang atau
5) Awal akhir meditasi = kemudian maju

Sebuah rakitan ramping, adalah seperangkat kata atau kalimat yang didefinisikan tidak secara rinci, tetapi dengan kebiasaan menggunakan dasar kerapian.

Sebagai contoh:

1) Nyai, besarkan kompor. (Kaca pembesar bukanlah kompor, melainkan api).
2) Jang, pecahkan sado yang kosong. (Sadel kosong adalah pelana di mana tidak ada tumpangan, tetapi ada kuda dan ada sopir).

Cacandraan, adalah penataan terhadap harta benda suatu tempat yang didiami, yang dituturkan oleh nenek moyang kita jauh sebelum peristiwa itu terjadi.
Sebagai contoh;

1) Bandung senang dengan akhir. (penduduk gegek bandung).
2) Sumedang ngarangrangan. (Sumedang pernah dipimpin oleh keturunan Sumedang yang lain).

Candrasangkala, adalah pengetahuan tentang tahun terjadinya suatu hal yang dibalik dan menggunakan Tahun. Urutannya biasanya terbalik. Selisih hari antara Tahun Saka dan Tahun Masehi adalah 78 tahun.

Sebagai contoh:

Pandawa Lima Membawa Bumi.
5 5 2 1

1255 M, merupakan berdirinya Kerajaan Pajajaran. Jika diubah menjadi Tahun Masehi, maka harus ditambah 78 tahun. 1255 + 78 = 1333. Jadi, berdirinya Kerajaan Pajajaran adalah 1333 M.

Juga, adalah ramalan tentang kemajuan dan kemunduran keadaan negara, yang diucapkan oleh nenek moyang kita jauh sebelum itu terjadi.

Sebagai contoh:

R nanjung yang patah semangat ke Cikapundung telah kembali. (Kita akan menanjak atau menaikkan harkat derajat jika kepribadian dan komitmen kita dikembalikan kepadanya).

Catur, adalah pengetahuan untuk mengetahui lebih baik kebiasaan buruk kuda yang harus dimiliki. Sebagai contoh:

Wisnu murti
(Kebiasaan kuda lebih baik karena membawa kebahagiaan bagi pemiliknya. Ciri-cirinya adalah semua warna bulu kuda yang hitam dan halus).

Satria tinayungan
Kebiasaan kuda lebih baik, dilemparkan ke pemiliknya. Tanda gesekan di bagian belakang di bawah celah depan.

Panggung Sekar
Kebiasaan kuda lebih baik, memberikan banyak keberuntungan kepada pembawanya. Tandai bulu kaki kuda dari bawah sampai lutut, keempatnya berwarna putih.

Bandung baik
Kebiasaan kuda lebih baik, menghasilkan banyak keberuntungan. Tanda pelumasan di punggung kuda.

Buaya berkerumun
Kebiasaan kuda buruk, di bawa di yang selalu tenggelam, di parung selalu depa. Tanda gosokan di perut punggung bergerak.

tumpur ludes
Kebiasaan kuda buruk, menderita.
Tanda pelumasan di perut anak tangga depan.

Turub layan
Kebiasaan kuda itu buruk, menakutkan. Tanda pelumasan di bagian belakang kuda, di bawah celah tangga depan

Panyaraman, ny

adalah rangkaian kata atau ucapan yang dilakukan pencari agar tidak berjalan suatu pekerjaan. Jika dilakukan, tidak akan ada bahaya atau konsekuensi.
Misalnya: Jangan duduk di ambang pintu, jika Anda terjebak.

(Pintu adalah alat keluar untuk memasuki orang, tempat untuk berjalan. Ketika orang duduk di ambang pintu, tentu saja menghalangi orang lain. Jadi jika tidak, itu diintimidasi oleh persembunyian pria yang sudah menikah atau bujangan).

2. Mengenal Kalimat Perintah Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!

Harus mengukur ke pinggang, menimbang tubuh!

Contoh kalimat di atas merupakan peribahasa yang berfungsi atau bermaksud untuk memerintah. Hari kalimat perintah adalah kalimat yang menyuruh pembaca melakukan pekerjaan yang diperintahkan. Jadi, contoh di atas mengadopsi dua bentuk, peribahasa dan kalimat perintahnya.

Ada berbagai macam kalimat perintah, di antaranya, (1) kalimat perintah, (2) kalimat nasihat, (3) kalimat harapan, (4) kalimat pencari, (5) kalimat pemelihara, (6) kalimat teguran, dan ( 6) kalimat terakhir.

Kata perintah adalah kata yang digunakan untuk memaksa orang lain melakukan pekerjaan, biasanya selalu menggunakan kata cing, cik, dan punten.

Sebagai contoh:

Cing tembakau terbaik!
Kata invite adalah kata yang digunakan untuk mengajak orang lain bekerja sama, biasanya menggunakan kata (ha) yu, us, please, dan let’s.

Sebagai contoh:

Ayo pergi sekarang!
Kata harapan adalah kalimat yang mengandung harapan dari suatu peristiwa, biasanya menggunakan kata harapan, harapan, harapan, harapan, dan harapan.
Sebagai contoh:

Saya harap dia ingin hidup dalam tekanan!
Kalimat pencarian adalah kalimat yang digunakan untuk meminta atau melarang orang lain melakukan suatu pekerjaan, biasanya menggunakan kata lakukan. (en) barel, dan tidak mendapatkan Misalnya:

Jangan bermain di sana anak-anak!
Kalimat mendesak adalah kalimat yang memang mendorong orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan, biasanya menggunakan kata segera, cepat, tergesa-gesa (keun), dan segera. Sebagai contoh:

Segera jung saya tinggal pergi ke pasar saya!
Kata depan adalah kalimat yang tidak menganjurkan atau melarang orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan, biasanya menggunakan kata-kata to, better, well, dan sebagainya. Misalnya: Saya ingin Anda melapor dulu kepada ketua!

Kalimat terakhir adalah kalimat yang memenuhi tuntutan yang membuat orang lain menyukainya, biasanya menggunakan kata emh, hih, dan cing atuh. Sebagai contoh:

Hih terima kasih, sudah terlambat bagi siapa pun untuk khawatir!
(Simpay Basa Sunda Untuk Siswa Kelas IX SMP/MTS, Penerbit Erlangga, Medal of the Year 2017, Hal 56-60)